Saturday, April 20, 2013

Wickeddays Trip: Semarang. Day 1.

Selasa. 2 April 2013.
Waktu bagian menunggu alarm berbunyi Fly Love-Jamie Foxx.
"Mbaaa.... Anuu, itu laporan follow up-nya Kunyil A udh selesai belum?? Besok loh follow up-nya..."
Leh. Ini kok alarm bunyi Close to Heaven- Color Me Badd. Telepon dong ya?
Bangun.
'Loh. Bukannya tanggal 11??'
"Tanggal 11?"
'Iya Mbak, kata ibunya tanggal 11 deh kayanya..'
"Bentar, bentar.. Gak kok, Mbaa, ini jadwalnya besok. Di-e-mail aja gapapa.."

Lari. Ambil handuk. Mandi. Beresin sisa barang. Kejar DAMRI. Airport.

Soekarno Hatta Terminal 3 International Airport. Domestic boarding room. 12.30.
Ya.
Gw ngerjain laporan sambil nunggu pesawat Semarang jam 14.45.
Semarang?
Sama siapa?
Ngapain?

September 2012.
'Nyee.. Tiket Semarang lima rebuuu... Pergi gak ya?'
"He? Seriusan? Nempel di ban?"
'Serius. Ini gw lagi kayak mabok iseng-iseng masukin jadwal. Solo traveling ah gw taon depan!'
"Pergi sonoo, udin gak banyakan mikir! Hahahahaaahahaa... "
'Obaik.'. Sungkem Mbah Onye.

Soekarno Hatta Terminal 3 International Airport. Domestic boarding room. 13.00.
Laporan disimpan.

History browser: www.secuter.com
*invite BB pin*
'Mas/Mbak, kalo jemput di bandara jam 3 sore bisa? Berapa biayanya, diantar ke Jl Menteri Supeno?'
"Bisa. Kurang lebih 8500."
'(WHAT?! LO SERIUS MAS, 8500? APA SKALA PETA-NYA YANG LEBAI JAUH-JAUH?) Ok. Nanti saya tau-nya yang jemput dari Secuter dari mana, ketemunya di mana?'
"Di ruang tunggu aja, Kak.. Nanti yang jemput pake rompi hijau, di belakangnya ada tulisan Secuter."

Ahmad Yani  International Airport. Semarang. Ruang tunggu. 14.50.

Bandara lucu amat. Sprint sekali selesai ini. Bidiiih... Parkiran motor pas depan bandara.
Nyari babangnya gimana ini. Rompi ijo ya.
Lah itu berapa orang pake rompi ijo muda, yang mana ya.
Tapi kok bawanya kursi roda, gak muka cari-cari tamu pula. Kontak mata, Gol.. Gagal.
O, petugas bandara.
'Mas (sok iya aja), saya udah di ruang tunggu bandara, deket X Coffee ya..'
"Iya, udah berangkat yang jemput. Ditunggu ya..'

13.10
Mas muka muda rompi ijo nyebrang dari parkiran, pake ransel.
Ini bukan ya? Tapi kok bawa ransel? Tapi kok radar profil stereotipe babang ojek motor gw gak nyala?
Bukan.
Oiya, gunakan petunjuk adminnya.
Belakang rompinya ada tu li san.. Tunggu.
Gimana liatnya? Paksa dia lepas ranselnya gitu?
Gila aje. Belom setengah jam di Semarang udah kriminal.
*BBM masuk*
'Kak, sopirnya udah di sana..'
Nah. Nah. Ni babang udah keluarin HP, lah kok belok kanan.. Warung kopinya di kiri ini.
Yak. Muter balik sini. Kontak mata, Gol. Nah!
'Dari Secuter ya, Mas?'
"Iya maaf telat, ya.. Saya ambil motor dulu, Mbak bisa tunggu depanan dikit, gapapa?"
'Gapapa.'

Geser 10 m. 20 m. 30m. 
Selamat Datang di Semarang.
Bandar Udara Internasional Ahmad Yani.

O bener, bandara.
Ini Semarang mobilnya warna putih semua, kebijakan pemerintah ya?
Taksi putih,
Avanza/Innova putih,
CRV putih,
Alphard putih dua berjajar belakang.
Wow. Motor taksi gw?
"Kita langsung ke Menteri Supeno, Mbak?"
O. Item. Standar ojek.
Lega sih.

'Iya Mas, ke Wisma Pemda.'
"Lewat Bandeng Presto (Jl Pandanaran) ya berarti..."
'Lewat Simpang Lima, Mas.. Eh tapi deketan dari Pandanaran ya..?'
"Mau lewat Simpang Lima, bisa..Deketan sih dari Bandeng Presto situ"
'O.. Ya udah, yang Mas tau aja..'.
"Ke rumah saudara/temen, Mbak?"
'Gak. Maen aja ke sini.. Kalo di sini, malem rame, Mas?"
"Oo.. Di sini kalo udah lewat jam 6 biasanya udah susah angkot, Mbak..Sering ke sini, Mbak?"
'Ini baru pertama saya ke Semarang, Mas..'
Tingkat keren saat itu: 100%. Terima kasih Mbah Google, terima kasih Google Maps, terima kasih Twitter, terima kasih milis travel, terima kasih ilmu Googlogi (baca: ilmu kepo).
Tingkat norak 5 detik kemudian: tak terhingga.

Lampu merah pertama.
Corong speaker nempel di lampu merah. Terjemahan bebas ya.

Corong v.o: (suara ibu penyiar radio klasik) Dahulukan pejalan kaki... Jangan lupa gunakan helm bagi para pengendara motor, dan sabuk keselamatan di mobil Anda sampai berbunyi klik. Berhati-hatilah di jalan. Pesan ini terselenggara atas dukungan Pemerintah Daerah Semarang, Kapolres Semarang, Harian Daerah X Pos, dan (isi nama sponsor). Langsung kerja setelah kuliah.... Kampus (isi nama sponsor) ajaaaaa.

Belakangan diketahui, sponsor di corong lampu merah ini ternyata gak cuma diisi institusi pendidikan doang. Misalnya lo cuma guru les pun, asal modal lo gede, bisa pasang sponsor di sini. Asal diijinin aja, kalo lo minta ditaroin narasi: 'Ibu guru les berdedikasi, 29 tahun menuju 30, mencari laki-laki atletis, siap dikawin, tidak takut calon mertua, apalagi ayam.'. (profil wanita ini fiksi)
Dilempar taikotok.

Setelah dikenalin Tugu Muda, Lawang Sewu, Bandeng Presto (Jl Pandanaran ini lebih kasual disebut Bandeng Presto), Taman KB, sampailah gw ke Wisma Pemda.
Mas Pri, sang pengemudi ojek sekaligus tour guide dadakan, bikin kwitansi.
O itu guna tasnya. Simpen kwitansi.
"Ini tadi biaya bandaranya 2500 ya, Mbak, 1 km-nya 1000. Dari airport ke sini 6 km, semua jadi 8500."
Shock. Murah amat seribu.
'Oke, ini Mas (10 ribu).'
Buka tas depan, ambil kembalian.
Shock lagi. Dia kok punya kembalian 500an.
'Gak usah, Mas, ambil aja kembaliannya..'
Dia yang shock. Dikasih tip 1500.

Wisma Pemda Semarang. Jl Menteri Supeno no 32. 
Double bed size. AC. Kamar mandi dalam. Air panas. Berkarpet.
Cuma selimut bawa sendiri.
95 ribu.
Model kos-kosan bangunan lama. Cukup bersih dan nyaman.
Setara harga.

"Nyampe hotel udin, Gol..?" Eh, si protektif Onye muncul di BBM.
'Udin. Ini baru sampe.. Naek motor taksi dong gue. 8500 doang, 1km seribu perak.'
"Buangkeekkkk... Lo udah jauh-jauh ke Semarang, ujung-ujungnya ngojek juga. Gak cape lo ngangkang?"
'Nah ini gw lagi mikir, Nye, pengen ke Kebon Kopi-nya, deket Ungaran, tadi BBM adminnya, dia bilang 1,5 jam dari sini.. Gw les Cipete sejam aja pantat kebas...Ini bolak balik total 3 jam'
"Bwahhahahaa... Bae-bae lo ah. Trus, hari ini lo mau ke mana?"
'Toko Oen, dong. Lapar gw baru makan siomay jam 12..'

Setelah puas bales-bales obrolan group WhatsApp dan timeline di Twitter, tanpa satu pun petunjuk gw berada di mana, keluarlah gw dari 'kos baru'. Lengkap dengan briefing singkat peta visual menuju Jl Pemuda. Tinggal rute angkotnya nih.
'Bu Parkir, Jl Pemuda di mana ya?'
"Tugu Muda? O, naik angkot aja, sampe Bandeng Presto, lanjut lagi angkot."
'Jl Pemuda, Bu...'
"Iya, Tugu Muda situ.."
'(Yadah, yadah) Naik angkotnya di mana kalo mau ke Bandeng Presto?'
"Tuh di ujung jalan.."
Makasih Ibu.

'Bandeng Presto, Mas?' Ciye, warga Semarang.
"O, gak neng. (Loh, gak nawarin bandeng, Mas..) Tuh, Bandeng Presto naik yang di sebrang."
Kirain.
*di angkot*
'Mas, kalo mau ke Jl Pemuda nanti turun di mana?'
"O, nanti ya turun dari Bandeng Presto, trus naik angkot lagi aja..."
Keliatannya deket tadi.
'Kalo jalan, jauh gak?'
"Gak, sih.."
Oke, Mas.

Di sini turis domescik diuji keturisannya. Di Jl Pandanaran. Di Bandeng Presto.
Lumpia, Mbaakkk....
Ya, bandeng....??
Wingko-nya, mauu...
Ayam bakar, ya...
Oke. Keliatan turis, ternyata.
Segala sok kasual karena udah briefing google pun bubar. Tetep aje muka gw asing di sana.

Lampu merah Tugu Muda.
'Mas, Jl Pemuda di mana ya?'
"Itu, di sebrang udah Jl Pemuda. Kanan aja terus."
Nyebrang Lawang Sewu. Gagah banget ya ini gedung.
Belok kanan.

Trotoar apahan begini!
Bersih. Rapi. Dan, LEBAR.
Rasa mau rolling aja badan sepanjang jalan itu.
Lebarnya mungkin 1,3-1,5 x 1 jalur mobil.
Mini futsal ini sih.
Per kilometer, ada semacam mading, isinya koran harian daerah sana.
Sambil nunggu bus lewat, biasanya mereka baca itu koding. Koran dinding.

Kurang lebih 1 km dari situ, di sebrang jalan gw liat ada Semarang Tourism Center.
Depannya ada bus dan beberapa travel van.
Seru nih, ntar ke sana deh, makan dulu. Lapar.
15 menit, soorrr.. sampe di ujung lampu merah.

Kok banyakan kantor.
Nomor berapa ya itu toko.
Damn. BB gw gak bisa browsing.
Ah. Paling depan doang, udah mulai keliatan kuno dikit jalan di depan.
15 menit, soorrr.. sampe di ujung lampu merah.

15 menit, soorrr.. Sampe di ujung lampu merah.
15 menit, soorrr.. Sampe di ujung lampu merah.
Kali ini skala petanya bener ya. Hosh hosh.

'Mas, (hosh hosh) Toko Oen di mana ya?'
"Oo.. Terus aja, Mbak. Depan Sri Ratu."

Sri Ratu. Pusat perbelanjaan baju Tiongkok/Imlek.
Eh. Pisang plenet.
'Mas, pisang plenet..'
"Berapa, Mbak?"
'Satunya berapa?'
"3000. Mau beli 1 boleh, 10 boleh, jadi 30000."
Ha. 2 aja. Nyumpel laper setelah jalan dari jam 5, tau-tau adzan maghrib depan tukang pisang ngembaliin gw dari sihiran dia yang selesai plenyet-plenyetin pisang di atas arang.
Jalan lagi.

15 menit, soorrr.. Sampe di ujung lampu merah.

Ini mananya depan Sri Ratu?
Kok ini gelap. Masih Jl Pemuda?
Apa udahan.
Tanya bapak tua yang lagi nongkrong sama ibu itu aja.
'Toko Oen di mana ya, Pak?'
"Restoran ya? O, udah kelewat.. Naek becak aja."
'Hah? Becak? (Jauh amat gitu ya?) Bayar berapa, Pak?'
"(Manggil becak) Bayar 5000 aja... Becaaakk, anter ke Restoran Oen nih.."
'Berapa, Mas?'
"7000"
'Apa 7000. Udah, 5000, naek aja, Neng, bayar 5000 aja. Awas kamu, ya..Kesian tuh, nyasar..'
Sungguh sore mengharukan.
Seharian ini gw kelaparan, tapi semua orang sepanjang jalan baik banget.

Becak berhenti depan gang kecil, agak gelap. Tepat di sebrang Sri Ratu.
Sebrang.
Depan.
Owell.
Bangunan toko kuno ini gak keliatan mencolok dari jalan raya.
Nama tokonya disusun pake batu bata cat merah tiap hurufnya, di atas atap toko.
T O K O   O E N
Menghadap ke belokan gang di sebelahnya.
Jadi kalo dari Jl Pemuda arah Tugu Muda tadi,
Yang bisa lo baca N E O  O K O T, dengan huruf bentuk balik arah.

Sementara kalo perut lapar, saraf mata rabun lo biasanya makin kendor.
Mari balas dendam, perut lapar, demi mata lebih cerah.
Kau berhak atas seisi dompet dan setiap lembaran menu appetizers-desserts dan toples-toples kue manis warisan masa lalu.
Sebut apapun.
(Kue) Tulang kambing, ada?
Ada, Mam.

Mas, pesen.
Sementara gw ngincer Schampjes sama kue telur di etalase, gw minum sup kaldu sapi. Surga.
Segigit garlic bread-nya. Surga dengan malaikat mondar mandir.
Steak lidah sapi. Malaikat surganya muka Belanda.
Es krim. Kamus surgawi.
Literally.
Gak paham gw baca menunya, kayak baca daftar nama malaikat.
Pavlova, Moorkus, Nesselrode, Charlotte Russe, Straciatella, Vruchten Sorbett.
(Buat nama anak, ganteng-ganteng ni, Coi.. Vruchten Soup Ramli. Sop Buah Ramli. Kira-kiralah, gitu)

Mas. Ada mocha dan coklat?
Plombiere.
1.

Indah, ya?
Sambil reply Twitter dan ikut santai ngobrol seru trip-nya Elda-Jc di Bangkok,
Sabar menjawab kekepoan nyokap dan Onye yang kayak trip partners online selama 4 hari ke depan,
Sambil rapiin laporan. Oyeah.

Terkirim. Liburan, mari kita mulai.

Pulangnya dari sini?
Gak jalan kaki lagi. Bisa ilang hayal-hayal surga gw hari ini.
Jam 8 loh. Taksi juga udah gak keliatan.
Secuter to the rescue!

20.30.
Gada satupun orang berompi ijo.
BB abis batere.
Tiba-tiba muka tadi siang muncul depan kaca pintu resto.
Mas Pri, akhirnya.
'Udah lama, Mas?'
"Lumayan, tadi saya liat Mbaknya, dikira belom selesai."
'Saya dari tadi udah cari-cari, gak ada orang ngelintas pake rompi hijau.'
"O, kalo malem emang gak pake rompi kita, Mbak.."

Pelajaran hari pertama:
Gak ada satupun orang naek motor malem-malem pake rompi, Gol. Gak ada.

adnanauS
280413

No comments:

Post a Comment