Friday, February 28, 2014

Menggoda Hujan Sebulan

*February project: satu hari satu baris

Biru putih tanpa filter.
Air langit mengerjai, berhenti setelah pintu kubuka.
Kali ini petir dan angin deras, selalu ketika setan bersama.
Nah. Kasih kamu berkeliaran menabrak tanah.
Aku mendengarmu membangunkan, lalu hilang.
Kamu turun lagi, menemani awur-awurku?
Tak usah bantu begitu, kami kikuk di bawah payung.

Hey, ini akhir pekan. Main-mainlah.
Dan kamu memilih turun saat aku pulang. Manisnya.
Kudengar kamu jatuh saat aku tertidur. Sakit?
Aku bertemu dia sesaat. Heyy, ya ini bukan kencan.
E, bisa jadi hiburan mini?
Kamu ke mana?
Meninggalkan jejak petrichor di hidungku itu dosa, Master.

Ini sungguhan. Orang sepulau Jawa menanyaimu terus.
Pahlawan sehari? Terima kasih, sekali.
Matahari malas sekali. Terpaksa bertugas, kamu sih dinas luar kota.
Menghitung ketidakhadiranmu, satu satu.
Langit mengisyaratkanmu sebetulnya, tersirat.
Tidak usah sengaja menghilang. Para kecil yang baru mandi di sore hangat menghibur hidung.
YA NGGA GITU JUGA BANGUNINNYA, GILA KAMU!

Tidak perlu menemaniku seharian untuk mengingatkan bahwa kamu ada.
Bisa turunkan panas? Matahari kerja terlalu keras belakangan.
Aku tak ada waktu kencan pagi. Kamu memaksa, aku setengah mati.
Mau kuganti matahari dengan matatanggal, hingga bosan tak lama tinggal.
Sudah mau berakhir. Bagaimana rasanya menangis jika sehari-hari kauproduksi air?
Iya ya. Kita saling tak butuh.
Maaf. Aku udahan.



adnanauS
280214

No comments:

Post a Comment