Monday, July 2, 2012

Mesranya Gw dengan Mereka

"Edan, beli ukulele Ci?"

"Asik, dihadiahi ukulele.. *jogetan pake emotikon*"

"Bisa ukulele, Ga?"

Sekian respon yang terjaring dari foto yang baru gw pajang bersama ukulele baru di BlackBerry Messenger sepulang gw liburan dari Bali, seperti gw baru saja memamerkan anak bayi gw yang baru lahir.
Di samping juga Apen si gitaris andal yang langsung ngajak ngamen waktu gw pamer-pamer mainan baru ini. E tunggu, bau plitur ukulele aja masih semrawutan gw angin-angin di pojokan...
Masa perkenalan dulu lah kita.

Nama.
Proses membeli sesuatu dengan pertimbangan lebih (baca: lama) dari barang lainnya, membuat gw mengapresiasi mereka dengan memberi nama.
Gw memilih untuk melupakan beberapa barang untuk mengingat sebuah barang yang klik di mata, dan dibawa pulang.
Prinsipnya, pilih 1 item untuk 1 jenis barang.
Selain sisi ekonomis dan praktis, kenyamanan dan keintiman gw terhadap barang pun jadi lebih kental.


Pertama kali gw iseng namain barang itu waktu SMA, dipacu kebanyakan menyendiri dan (terlalu) mengagungkan barang bersama salah satu temen gw, Laura, lahirlah nama Pac si Gitar Yamaha C-350. Pac itu hidup bareng gw dari mulai SMP kelas 1, dari suaranya persis abg akil baliq, makin sember akibat dijedotin ke tembok (entah sama siapa) sampe bonyok di pinggulnya (lihat stiker Peavey-nya? Yes, panjang bonyoknya seukuran stiker itu lebih 1-2 cm), sampe merdunya renyah banget sekarang, besar kemungkinan karena tempelan dua jagoan: Popeye si kuat dan Pacman si pemakan segala. Kuat dugaan, tangannya Pacman di kepala gitar itu ilang karena dimakan dia juga. Jangan sepatu gw dimakan juga, Paccie..

Heli. Sepatu basket Converse biru ber-helium 2 in 1, yang bisa dipakai di lapangan luaruang (outdoor) dan tinggal dilepas aja sepatu helium-nya (bagian dalam) kalau mau main di lapangan indoor. Entengnya kayak cuma pake kaos kaki. Keren? Jelas!

Setelah Heli rusak parah kerendem air karena lebih sering gw ajak rodi futsal di cuaca Bogor yang acak, ada beberapa sepatu yang teracuhkan tak bernama. Semua dikarenakan demam film Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Gw asyik sama buku notes khusus buat tulisan gw,- yang sekarang sudah 100an lebih-, namanya Summa Cum Laude. Bukan karena tulisan gw yang Summa atau Cum Laude, tapi sesederhana (baca: males) tulisan yang sudah ada di bungkus depan bukunya. Mihimihiiii.

Di masa Summa Cum Laude sudah setengah jalan, sepatu-sepatu protes menganga, eheim mungkin karena tidak bernama, jadi keawetannya menurun. Akhirnya gw memutuskan beli sepatu baru saja, setelah beberapa sendal jepit pun demonstrasi parah dengan putus dan hancur di tengah jalan. Tebalkan.
Di tengah jalan.
Berkali-kali.

Semua jadi indah setelah Okapi si kets Adidas creamy menjaga kaki gw dari segala kekuatan dan kejahatan angin dan debu di luar sana. I'm big fans of Adidas, tapi kenapalah baru si ketsie ini yang gw namain. Gegaranya lagi-lagi, Laura.
Sejarahnya dulu Okapi ini gw beli di factory outlet-nya Adidas, saking gw puas pake dia tiap hari,-sampe ancur-ancurnya dibilang sepatu Aladdin lah sama si Ariane itu saking si sepatu udah jungkir balik mencuat ke atas di sol depan-, gw bertekad untuk mencari jenis-jenis okapi yang lain. Yup, okapi ini salah satu jenis kets-nya Adidas. Namun sayangnya, di semua outlet Adidas tidak pernah gw temukan lagi jenis okapi ini.
Adanya, ipako.
Okapi. Ipako. Okapi. ipakO.
Apa ini barang haramkah?

Si Laura ini selalu ngakak kalo inget Okapi si adik tiri Ipako. Karena jarak gw dan Laura yang (sok)jauh (Jakarta-Singapore), biasanya kita cuma bisa ketemu 1 tahun sekali. Setiap ketemu itulah, dia biasanya nanyain kabar si Okapi. Yeh, harusnya gw kirimin aja si Okapi buat hadiah Paskah kemaren yak, daripada didera dan dihina tiap gw tampilkan di Twitter. Getir.

Sementara masa muda gw nan ceria penuh cinta diisi Okapi, Summa Cum Laude harus tutup buku karena jumlah kegalauan gw yang makin tak terbatas permintaannya. Datanglah seorang pemerhati hati, (andai seindah frase gw itu tampilan lo, Nyet!) Rusiana 'The Onye' yang mengirimkan buah tangan notes dengan cover strip warna warni ala Sin-Jia-Po -nya. Namanya Pelangi. Muncul setelah kegundahan selesai turun lebat.
Pret!

Gw yang dikasih notes dengan kertas agak menguning, punya bau khas kertas, dan pada saat dia kasih, pas gw butuh-butuhnya, ya terang suka banget! Cuman beliau itu agak narsis sepertinya. Entah diperam bagaimana lah di rumahnya, tiap buka buku itu, dari 2006 sampe sekarang, masih tersisa wangi-wangi khas rumahnya. Jadi ya, kalo gw kangen kamar dia yang enak dan berbunyi burung di depan jendelanya, tinggal gegoleran di atas Pelangi.

Remuk redamnya hati bisa lah ditulis di Pelangi, namun keresean mulut Ariane terhadap Si Okapi lama-lama bikin berang. Apalagi Si Okapi jadi hilang percaya diri, jatuh sakit, dan langsung koplak. Mengisyaratkan gw kalo dirinya sudah tak cukup lagi di kaki, dengan manjanya dia bikin kissmark lah tiap gw ajak jalan jauh. Entah di jempol atau kelingking. Kadang di atas tumit. Pedih, Jendral!

Sebelom kissmark Okapi sampai ke pipi gw,-entah diselepet oleh siapapun, gw membubuhkan satu momentum penting di hidup gw.
Okapi harus diganti.
Walaupun sudah tak ada okapi lain di muka bumi ini. Ipako lah, Kaipo lah, Akipo, Paiko. Paijo. Apalah.

Tring! Tring! Tring!
Ketika sabda kusebar, Makoto Kyogoku-san melekat langsung di kaki setelah gw jatuh cinta pada tiga strip warna ungu dan hijau highlight di jahitannya. Kalo yang suka baca Conan, pasti tau Makoto ini. Karateka ini pacarnya Sonoko Suzuki, yang jidatnya bercodet karena membela Sonoko yang dikejar pembunuh berantai.
Sama nasibnya sama ini sepatu, bercodet-codet padahal baru dekat sama gw. Cuman kalo Makoto asli jadi keren macho karena ditempel tensoplast di jidat, Makoto si sepatu malah jadi turun kelas kalo gw tempelin tensoplast.
Ya lagi sepatu ditensoplast.

Abuggo aja kalo jatoh dari saku gak pake ditensoplast.
Singa kecil dalam gantungan kunci.
O. Bukan.
Singa kecil tukang bawa kunci, karena bodinya yang lebih besar dan makan tempat dibandingin bobot 1 kunci pintu kamar dan 1 kunci lemari buku di rumah. Selalu mengikuti,-tepatnya diikutkan-, ke mana pun gw pergi.
Kecuali undangan.
Bukan karena takut dia menghabiskan makanan porsi besar yang makin membesarkan perutnya, tapi karena celana gw yang kehilangan nilai estetikanya kalau menaruh si buncit itu dalam kantong.
Dia kenapa ikut dikasih nama?
Pasti. Karena ini hadiah tak lazim dari seorang sahabat.
Onta Ariane, semua orang mengira gw suka boneka hewan sekarang!

Karena setelah Abuggo dan -ada lagi- Allego The Lion(ess)heart, muncullah juga Eye, si domba hitam, farewell gift dari EY-Binus tahun lalu. Kece-nya Eye, dia punya topi Moskow yang pengen gw sadur ke dalam ukuran nyata.


Hem,
Kenapa tidak ada topi yang pernah gw namai ya?


adnanauS
020712

No comments:

Post a Comment