Friday, November 22, 2013

Sekecup Hujan

Sayang, sayang,
Langit sudah berpesan padaku,
Untuk segera turun saat kau siap basah.

Menundaku lama hanya sisa lendir berlebih di hidung merahmu.
Kamu cuma takut aku memutar rangkai gambar bergerak di masa lalu,
Saat aku menyentuh bercumbu tanah?

Penentangku bertambah.
Aku merasa tak sanggup turun terus menerus diutus,
Telinga menuli saat semua pemuja jalan kering membunyi klakson kutukan.
Hatiku juga hancur saat angin dengan usilnya meniup pohon.
Tangisku meledak mengutuk, dalam pecah di percikan hati.

Besok aku minta langit bila menurunkanku lagi,
Dua tangan untuk menyelip bibir angin,
Dua kaki untuk tegak tak dipermainkannya,
Juga satu bibir,
Jika tanganku tak juga cukup.


adnanauS
221113

No comments:

Post a Comment