Sunday, November 3, 2013

Serius Haus

Warung kopi sehari.
Kau bahkan tak peduli mana kopi atau teh yang kusaji.
Ataupun tak ada isi di cangkir bocel dekat jemari.
Sebenarnya kenapa kau datang?

Pagi sekali sampai terang hilang,
Biji kopi matang, siap tuang.
Hanya kautanya aku sekali,
"Password wi-fi?"

Aku menuliskan kumpulan kata bercampur angka langka,
Kamu mengernyit, tak banyak bahasa.
Aku banyak bahasa, tak mengernyit.
Kamu melafal kumpulan angka bercampur kata fana.

Sama seperti isi cangkirmu yang seketika
Melemas dalam udara, melebur dalam air.
Aku tak pandai mengendali.
Banyak kursi kurelakan bersih tak ada bekas pantat,
Bisikanku memudar.

O ya, aku punya jam tutup.

Kadang tujuh malam, bisa juga besok pagi.
Tak ada janji, aku tak biasa mencatatkan.
Juga tak biasa mendengarnya terbang-terbang di celah kain penuang.
Bermalamlah kalau mau di sini,
Tapi tidak keluar masuk merusak daun pintu.
Kalau tak yakin, jangan masuk.

Tuan yang tak paham mana teh mana kopi,
Semoga sempat aku menghadirkan mereka untuk kaureguk besok.
Sekarang aku ngantuk.

adnanauS
071013

No comments:

Post a Comment